Menjadi guru di sekolah yang menerapkan fullday school seperti di SDIT Al Ibrah adalah sebuah tantangan yang luar biasa. Dengan seabrek aktivitas keguruan : mulai dari administrasi pembelajaran,  pengelolaan, pengawasan, dan pembinaan siswa di kelas. Kemudian ditambah pula dengan agenda-agenda sekolah. Acapkali semua itu menjadikan guru mudah mengalami distraksi (gangguan) ketika membersamai siswa di kelas.

Guru dituntut untuk menjadi pribadi yang tidak hanya mampu mentransfer ilmu. Namun juga sosok yang bisa digugu dan ditiru oleh siswa dan sekitarnya. Siswa bisa menyontoh kekhusyuan doa dan dzikir pagi atau dzikir sore dari guru yang khusyuk berdoa. Siswa mampu mempraktikkan gerakan dan bacaan shalat dengan benar dari guru yang membimbingnya dengan tenang. Siswa bisa meneladani ketenangan dan ketertiban saat di masjid dari guru yang menyontohkan hal yang demikian. Semuanya dikarenakan guru adalah role model bagi siswanya saat di sekolah

Berusaha untuk fokus menyimak hafalan siswa tanpa melakukan aktivitas-aktivitas lainnya bukan perkara yang mudah bagi guru yang tidak terbiasa demikian. Bukan hal yang gampang bagi guru mendampingi siswa shalat dhuhur dengan tenang saat masih memiliki tugas administrasi pembelajaran yang belum tuntas. Ditambah pula dengan berseliweran notifikasi pesan di gawai dari wali siswa yang juga perlu untuk direspon.

Tentunya semua itu bukan hal yang mudah. Namun, ada hal penting agar guru bisa menjadi good model bagi siswanya. Yaitu diperlukan untuk sadar penuh dan hadir utuh bagi guru ketika membersamai siswa di kelas. Guru sadar sepenuhnya bahwa dia berada di ruang kelas. Dengan demikian, dia akan memberikan perhatian penuh kepada siswa, materi pembelajaran, dan interaksi di kelas tanpa terjebak untuk melakukan atau memikirkan aktivitas lainnya.

Meski multitasking seringkali diasosiasikan dengan produktivitas tinggi, tapi berbagai penelitian di beberapa tahun terakhir menyebutkan bahwa multitasking akan menurunkan kecerdasan kognitif dan menaikkan kesalahan saat bekerja. Bahkan di negara-negara maju sudah terjadi pergeseran dari multitasking menjadi ketrampilan mindfullness.

Dengan mindfull dalam mengajar akan membantu guru untuk lebih fokus, mudah berempati,  bersemangat saat mengajar di kelas serta tentunya bisa membantu untuk mencapai target yang diharapkan dari siswanya.

Untuk bisa mindfull dalam mengajar ataupun saat membersamai siswa di kelas, tentu dibutuhkan latihan dan pembiasaan. Menyelesaikan satu demi satu tugas dengan fokus dan mindfull akan memberikan hasil yang lebih optimal daripada mengerjakan beberapa hal secara bersama.

Di SDIT Al Ibrah, kebiasaan untuk mindfull ini telah ditekankan sejak lama. Salah satunya yaitu para guru dianjurkan untuk tidak terus menerus menggunakan gawainya ketika berada di kelas, apalagi saat mengajar. Kebiasaan ini adalah satu hal yang kecil dan terlihat sepele namun menimbulkan distraksi bagi guru saat bersama siswa. Selain itu, kebiasaan menggunakan gawai secara tidak bijak, tentu akan memberikan contoh buruk bagi siswa di kelas.

Menjalani pola hidup secara mindfullness merupakan sebuah pilihan. Namun dengan menerapkannya, tentu akan memberikan banyak dampak positif dalam kehidupan kita. Sebagaimana yang disampaikan Allah dalam QS Al Insyirah ayat 7. “Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.