SD Islam Terpadu Al Ibrah atau lebih dikenal dengan SDIT Al Ibrah memiliki program Unggulan Takhassus yang mana merupakan sebuah program hafalan khusus pendampingan siswa dalam menghafal Al Quran.

Masih dalam masa awal tahun pelajaran 2023-2024, kelas Takhassus SD IT Al Ibrah menyambut siswa baru mereka dengan mengajak khotmil Quran bersama di PT. Cipta Swadaya yang berlokasi di Randuagung Gresik.

Acara ini di hadiri oleh 112 siswa bersama 15 lebih pendamping yang juga dihadiri secara langsung oleh kepala sekolah SDIT Al Ibrah Gresik untuk memberikan sambutan.

Kepala Sekolah SDIT Al Ibrah, Janan, S.Pd., memberikan nasihat agar siswa program tahfidz ini bersungguh-sungguh dalam menghafal Al Quran serta tak menyiakan waktu selama mereka berada di kelas unggulan.

Janan menambahkan agar kelak mereka semua berkumpul bersama di surga Allah bersama ayat-ayat yang mereka baca dan hafal.

Acara yang dimulai dengan dzikir pagi dan shalat dhuha bersama ini berakhir dengan sedu sedan para siswa dan guru.

Kak Irul yang merupakan salah satu aktivis kelompok Pencerita Islami Indonesia telah membuka hati sebagian besar siswa akan pentingnya membahagiakan orang tua.

Kak Irul yang juga adalah guru di SD IT Al Ibrah mengawali kisahnya tentang seorang bayi yang kerjanya hanya tidur dan menangis sepanjang hari.

Bayi yang hanya tidur selama 4 jam dalam sehari dan sisa waktunya hanya digunakan untuk menangis hingga usia 4 tahun itu akhirnya menjadi bahan gunjingan masyarakat.

Setelah beranjak tamyis, anak itu lebih sering menolak ajakan kebaikan dari ayahnya hingga ayahnya meninggal.

“Aku harus melakukan kebaikan saat ibu masih hidup, sebelum aku menyesal,” ucap kak Irul.

Ternyata puluhan tahun kemudian, anak itu menjadi dewasa dan mampu membuat pesawat terbang. Ia menjadi kebanggaan bangsa sendiri dan bangsa luar negeri.

Seluruh siswa terkesima dengan kisah yang disampaikan oleh kak Irul. Mereka mulai merenung dan menyelami diri masing-masing.

Semacam muhasabah diri, kak Irul menebar susunan kata demi kata, kalimat demi kalimat, akhirnya membuat sebagian siswa menangis bahkan beberapa guru juga tak mampu membendung air mata.

Terdapat 3 siswa yang sudah tak lagi memiliki kedua orang tua lengkap, satu diantaranya adalah yatim sedang dua lainnya adalah piatu.

Hal ini membuat seluruh isi ruangan terharu dan saling berjanji pada diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik serta selalu semangat dalam menghafal Alquran.

Meraka berharap kelak bisa berkumpul di Firdaus Allah bersama kedua orang tua, keluarga, teman-teman dan guru tercinta.***

(Almaidatul Istibsyaroh)