Ujian sekolah umumnya identik dengan lembar-lembar soal, siswa-siswi duduk tertib dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang memusingkan. Ruang kelas menjadi lebih lengang. Berisik sedikit, pengawas ujian cepat-cepat menegur agar kembali tenang.

Tetapi situasi ujian yang tergambar di atas sama sekali tidak berlaku di SDIT Al Ibrah. Ujian Tengah Semester atau yang sekarang disebut dengan STS (Sumatif Tengah Semester), nyatanya bisa dikemas dengan kegiatan yang meriah dan menyenangkan. Jauh dari kesan menegangkan.

Adalah jenjang kelas 3 SDIT Al Ibrah yang mendesain ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kegiatan pertunjukan drama. Ide cerita dalam pertunjukan drama kali ini berfokus pada cerita fabel dengan mengusung tema Warna Warni Dunia Flora dan Fauna.

Drama fabel ini sebenarnya sudah direncanakan oleh tim jenjang kelas 3 sebulan sebelumnya. Persiapan dimulai dari pembentukan kelompok, menentukan ide cerita, menyusun teks drama hingga kostum apa yang akan mereka kenakan saat pertunjukan nanti. Alhamdulillah, semua antusias dengan rencana tampilan drama ini. Tidak hanya para guru dan siswa, orang tua wali muridpun turut berperan aktif dalam kegiatan ini. Mereka bersuka cita ikut membantu menyiapkan kostum yang menarik. Kerja sama inilah yang kemudian mengantarkan pertunjukan drama kelas 3 ini berjalan dengan sukses.

Setelah dibagi dalam beberapa kelompok, mereka kemudian bertanggung jawab untuk menyusun teks drama, juga menentukan siapa yang bertugas menjadi narator dan siapa yang kebagian memerankan beberapa karakter yang ada di dalam cerita. Peran guru sebatas mendampingi dan mengarahkan saja. Ide-ide cerita mereka dapatkan dari buku-buku bacaan ataupun dari kisah-kisah yang mereka tonton dari televisi.

Cerita yang mereka kisahkan selain khas cerita anak-anak juga dibumbui dengan amanat atau pesan yang sesuai dengan karakter kekhasan Sekolah Islam Terpadu. Seperti kisah Kura-kura dan Kelinci yang Sombong yang mengingatkan kita agar tidak berlaku sombong dan memandang remeh orang lain. Atau kisah Si Momo, Semut yang Rakus yang mengajarkan kita untuk saling menyanyangi dan tidak egois. Semua cerita yang disampaikan sarat dengan pelajaran yang bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Bahkan seorang narator dari salah satu kelompok dengan cakapnya mengutip sebuah hadits sebagai refleksi di akhir cerita. Subhanallah.

Di saat jadwal pertunjukan drama, semua siswa mempersembahkan versi terbaik mereka. Tak nampak seorang siswa pun yang malu-malu, ngambek, ataupun menangis karena tidak mau tampil. Semua menampilkan karakter tokoh masing-masing dengan baik tanpa membaca teks drama. Bagaimana mereka semua bisa sehebat itu? Menurut ustadzah Dania, selaku koordinator jenjang kelas 3, anak-anak sangat senang dengan kegiatan drama ini. Mereka telah berlatih selama kurang lebih 4 pekan. Kadang di saat morning activity atau setelah jam pulang sekolah.

Model penilaian seperti ini tentu saja tidak terbatas hanya mengukur kemampuan kognitif siswa. Namun akan banyak membawa dampak positif seperti meningkatkan kemampuan berbahasa juga bermanfaat untuk melatih keberanian dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa.